MAKALAH
PSIKOLOGI SASTRA
Tentang
Psikologi Gestalt
Disusun oleh:
Uswatun Hasanah
(E1C016097)
Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
FKIP
UNIVERSITAS MATARAM
2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera
untuk kita semua dan semoga yang Maha Kuasa selalu melimpahkan nikmat kesehatan dan
ilmu kepada kita.
Dalam kata pengatar ini, saya selaku penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan saya kesehatan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada para penulis buku serta para penulis dalam media sosial yang juga membantu dalam penyusunan makalah ini secara materi dan referensi.
Dalam kata pengatar ini, saya selaku penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan saya kesehatan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada para penulis buku serta para penulis dalam media sosial yang juga membantu dalam penyusunan makalah ini secara materi dan referensi.
Tentunya
saya juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah
Psikologi Sastra yang telah memberikan saya kesempatan untuk lebih
bebas dalam menggali materi dan pemahaman mengenai materi ini.
saya selaku penulis dan penyusun juga tidak
lupa untuk mengucapkan kata maaf jika memang adanya kesalahan dalam penulisan
dan saya sangat mengharapkan
adanya saran dan masukan dari pembaca agar dapat meningkatkan
kemampuan dalam menulis dan juga dalam pembelajaran psikologi sastra.
Mataram,
20 Mei
2018
Uswatun Hasanah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
(Cover)
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....(2)
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….......(3)
BAB I (PENDAHULUAN)
A.
Latar Belakang
…………………………………………………………………..(4)
B.
Rumusan Masalah ………………………………………………………….........(4)
BAB II (PEMBAHASAN)
A.
Pengertian Psikologi Gestalt.......…………………………………………...........(5)
B.
Sejarah Serta Penjelasan Singkat Mengenai Psikologi
Gestalt.........................(5)
C.
Tokoh-Tokoh
dalam Psikologi Gestalt.................................................................(7)
D.
Perinsip-Perinsip
dan Asumsi Gestalt..................................................................(8)
E.
Aplikasi dan
Implikasi Teori
Gestalt....................................................................(9)
BAB III (Kesimpulan)...……………………………………………………………………..........(11)
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Makalah
tentang “Psikologi Gestalt”
ini dilatar belakangi oleh tugas yang diberikan kepada kami selaku mahasiswa/mahasiswi
dalam mata kuliah “Psikologi Sastra”.
Adapun alasan kami mengambil judul tesebut, karena merupakan satu-satunya
pilihan yang harus dibuat menjadi judul makalah. Selain itu, makalah ini
disusun untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam mata kuliah psikologi sastra terutama
mengenai Psikologi Gestalt, yang menjelaskan tentang pengertian
psikologi Gestalt, sejarah serta penjelasan singkat mengenai psikologi Gestalt,
tokoh-tokoh psikologi Gestalt, perinsip-perinsip dan asumsi psikologi Gestalt,
serta aplikasi dan implikasi psikologi Gestalt. Hal ini bertujuan agar kita memahami
hal tersebut sehingga kita mampu mengaitkannya
dengan sastra.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari psikologi Gestalt?
2. Bagaimana sejarah dan pandangan psikologi Gestalt ?
3.
Siapakah tokoh-tokoh dalam psikologi Gestalt?
4.
Bagaimanakah prinsip-prinsip serta asumsi dari psikologi Gestalt?
5.
Bagaimanakah aplikasi dan implikasi teori Gestalt?
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Psikologi Gestalt
Gestal adalah kata yang
berasal dari bahasa Jerman yang berarti pola, configuration atau bentuk yang
utuh artinya keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian. Pokok
pandangan Gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Teori psikologi Gestalt
adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan
menjadi kesatuan. Hal yang menjadi fokus dalam teori psikologi Gestalt
adalah pengurangan dari usaha membagi sensasi menjadi komponen-komponen yang
lebih kecil dan berdiri sendiri-sendiri menjadi sebuah kesatuan yang utuh.
B.
Sejarah Serta
Penjelasan Singkat Mengenai Psikologi Gestalt
Aliran Gestalt muncul di Jerman
sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak
analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena
dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah, sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Teori ini dibangun oleh tiga
orang, Kurt
Koffka, Max Wertheimer
and Wolfgang Kohler. Mereka menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh.
Psikologi
gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang
psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi
dari Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya
mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu
pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt.
Gerakan
gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas
mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant
tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental
membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas.
Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas
mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan. Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil
menggantikan model wundtian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan
tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para
pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.
Psikologi
gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting,
yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam
atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan
ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika. Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh
dominasi seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah
berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi
oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan
perkembangan-perkembangan di Amerika.
Jiwa
manusia, menurut aliran ini, adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau
merupakan suatu sistem, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur
yang satu sama lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia
adalah individu yang merupakan berbentuk jasmani – rohani. Sebagai individu,
manusia itu bereaksi, atau lebih tepatnya berinteraksi, dengan dunia luar,
dengan kepribadiannya, dan dengan cara yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia
tidak secara langsung bereaksi terhadap suatu perangsang, dan tidak pula
reaksinya itu dilakukan secara trial and error seperti dikatakan oleh
penganut teori conditoning. Interaksi manusia terhadap dunia luar bergantung pada cara ia menerima
stimulus dan bagaimana serta apa motif – motif yang ada padanya. Manusia adalah
makhluk yang memiliki kebebasan. Ia bebas memilih cara begaimana ia
berinteraksi; stimulus mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
C. Tokoh
Tokoh Psikologi Gestalt
Teori ini sebenarnya dibangun oleh tiga orang, yaitu: Kurt Koffka, Max Wertheimer, dan Wolfgang Kohler. Namun, yang dibahas di makalah ini yaitu hanya dua
orang sbb:
1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer belajar pada Kuelpe. Ia adalah seorang tokoh aliran Wuerzburg.
Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt
Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide
Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah
menjadi asisten di sana.
Konsep
pentingnya: phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi
rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan
dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).
Dengan
konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif
yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses
fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt
yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.
2.
Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan
Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin.
Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang
lapangan psikologis seseorang. Lewin lahir
di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi tahun
1914. Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Koehler
dan mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt.
Pada saat Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di
Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director
of the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of
Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.
Konsep utama
Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu
berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek
psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu. Tugas utama
psikologi adalah meramalkan perilaku individu
berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada
waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki
batas-batas. Batas ini dapat dipahamis ebagai sebuah hambatan individu untuk
mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
D.
Prinsip-prinsip dan Asumsi Gestalt
a.
Prinsip-prinsip Gestalt
Menurut Sudrajat (2008) ada 7
prinsip organisasi yang terpenting dalam pandangan Koffka dan Kohler, yaitu:
1.
Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship): bahwa
setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar
belakang. Penampilan suatu objek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya
membedakan figure dari latar belakang.
2.
Kedekatan (proximity): bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
3.
Kesamaan (similarity): bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu objek yang saling memiliki.
4.
Arah bersama (common direction): bahwa unsur-unsur
bidang pengamatan yang berbeda dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi
sebagai suatu figure atau bentuk tertentu.
5.
Kesederhanaan (simplicity): bahwa orang cenderung
menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan
cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan
keteraturan.
6.
Ketertutupan (closure) bahwa orang akan cenderung
mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap.
b.
Asumsi-asumsi Gestalt
Lebih lanjut menurut sudrajat
(2008), terdapat 4 asumsi yang mendasari pandangan Gestalt yaitu:
a.
Perilaku molar hendaknya banyak
dipelajari dibandingkan dengan perilaku molecular.
b.
Hal penting dalam mempelajari
perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan
behavioral.
c.
Organisme tidak mereaksi
rangsangan lokal, unsur atau suatu bagian peristiwa, melainkan mereaksi
terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
d.
Pemberian makna terhadap suatu
rangsangan sensoris merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu
reaksi yang statis.
E.
Aplikasi dan Implikasi Teori Gestalt
a. Aplikasi:
Ø Belajar
Proses
belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar,
terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi,
seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Ø Insight
Pemecahan masalah secara
jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan.
Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem
sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah
fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Koehler dalam eksperimen yang
sistematis.
Ø Memory
Hasil
persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu,
jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul
dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan
pengaruh gosip/rumor.
b. Implikasi Gestalt:
Ø Pendekatan
fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan
pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat
mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak,
namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
Ø Pandangan
Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk
menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya
perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana
proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi.
Tokoh : Tolman dan Koehler.
BAB III
Kesimpulan
Teori psikologi Gestalt adalah sebuah
teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan
menjadi kesatuan. Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme
Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam
elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu
sendiri berubah, sebab bentuk
kesatuannya juga hilang. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Max Wertheimer, Kurt Koffka and Wolfgang Kohler. Teori ini, teori ini memiliki Aplikasi yaitu
belajar, insight, dan memory.
DAFTAR PUSTAKA
Husamah dkk.belajar
dan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar